Terkuak 'rahasia' para pelaut Viking Posted: 03 Apr 2013 07:56 AM PDT Orang-orang Viking berlayar dengan panduan posisi matahari. Kapal ini tenggelam di perairan di lepas pantai Alderney pada 1592. Selain kristal, ditemukan juga beberapa piranti lain yang diperkirakan adalah alat bantu navigasi. Dalam legenda Viking disebutkan bahwa dengan mengangkat kristal ke arah langit, maka para pelaut Viking bisa mengetahui posisi matahari bahkan ketika cuaca sedang mendung atau berkabut. Akurasi tinggi Dengan mengetahui posisi matahari orang-orang Viking bisa menjelajah lautan luas, antara lain ke Inggris. Batu matahari bisa mengurai pancaran matahari menjadi dua sinar yang terpisah. Uji coba kristal serupa yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Rennes menunjukkan dengan memutar kristal bisa dihasilkan satu titik, yang didapat dari pertemuan dua sinar dan titik ini dengan akurat mengindikasikan arah matahari. Metode ini bisa dipakai bahkan ketika matahari sudah tenggelam atau ketika cuaca mendung. Para ilmuwan mengatakan metode ini masih dipakai bahkan ketika kompas magnetik telah ditemukan. |
Indonesia Kekurangan Tenaga Pandu Kapal Posted: 03 Apr 2013 07:53 AM PDT Indonesia Kekurangan Tenaga Pandu Kapal Menteri Perhubungan EE Mangindaan. EMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Evert Erenst Mangindaan mengatakan, Indonesia masih kekurangan tenaga pandu kapal. "Saya tidak bisa kasih angka, tetapi masih minim," katanya saat ditemui di Kementerian Perhubungan, Rabu, 3 April 2013.
Untuk itu, Mangindaan meminta Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian Perhubungan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ia menuturkan, jumlah kapal di Indonesia semakin bertambah. Pada 2005, ada sekitar 6.000 kapal di Indonesia.
"Sekarang sudah 11 ribu kapal, belum termasuk kapal dari luar dan kapal pariwisata," ucapnya. Mangindaan memprediksi Indonesia akan kelabakan jika tidak memiliki jumlah tenaga pandu yang mencukupi untuk melayani ribuan kapal tersebut. Saat ini Indonesia memiliki 1.200 tenaga pandu.
Menurut Mangindaan, satu sekolah pandu yang ada saat ini sudah mencukupi. Ia menargetkan ada minimal 50 orang lulusan setiap tahun untuk dapat memenuhi kebutuhan. Setiap orang disebut bisa melayani delapan kapal dalam satu hari. "Yang menjadi pertanyaan sekarang, animo untuk menjadi pandu," katanya.
Saat ini, kata Mangindaan, jumlah pandu yang disediakan oleh badan usaha pelabuhan (BUP), seperti PT Pelindo, masih minim. Oleh karena itu, kapal yang akan masuk alur pelabuhan harus menunggu giliran layanan pandu. |
job pelaut terbaru 4 April 2013 NEED CHIEF OFFICER DPO FOR AHTS DP1 Posted: 03 Apr 2013 07:50 AM PDT job pelaut terbaru 4 April 2013 NEED CHIEF OFFICER DPO FOR AHTS DP1 Dear All Seaman, Kami PT. Karunia Empat Bersama, Membutuhkan segera Chief Officer DPO untuk join di kapal AHTS DP 1. Operasi Lastanura Damam. Yang Bisa Berbahasa Inggris. Dengan Gaji USD 450 / Day. Bila ada yang berminat, silahkan datang langsung atau kirim CV anda ke kantor kami yang beralamatkan dibawah ini, PT. KARUNIA EMPAT BERSAMA. JL. Enim 2ND Floor No.111 C. Kel. Sungai Bambu. Kec. Tg. Priok. Jakarta 14330. Indonesia. Telp : 62 -21-32860765, 62 21 43934454,Fax : 62-21-43934486. Website : www.karunia.co.id Email: karunia@cbn.net.id_ |
Lowongan Pelaut Terbaru 5 April 2013 Urgently Required C/O for Product Tanker Posted: 03 Apr 2013 07:48 AM PDT Lowongan Pelaut Terbaru 5 April 2013 Urgently Required C/O for Product Tanker PT. EQUINOX urgently required Chief Officer for Product Tanker vessel Vessel Name : MT. Kampos - Trading Area : Domestic - Required Crew : Chief Officer - Contract : 6 months - Salary : 5300 USD - Date of join : Mid of April General requirements : 1. Fluent in English is must 2. Completes & Valid certificate STCW-95 3. Certificate of Competency : Deck Officer Class I / II 4. Tanker experienced rank service 2 years (DWT >30.000) Note : Send your (CV) email to : crewing@ppequinox.com Fax : 021-79187097 |
Tiga Bulan Terjebak Karang, 2 Kapal ini belum Dievakuasi Posted: 03 Apr 2013 07:47 AM PDT Tiga Bulan Terjebak Karang, 2 Kapal ini belum Dievakuasi Metrotvnews.com, Tuban: Nasib Kapal Sunrise 18 asal Vietnam dan kapal tongkang pengangkut batu bara asal Kalimantan masih tak menentu. Kapal itu terjebak di hamparan batu karang di kawasan Pantai Tanjung Awar–Awar, Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Tuban, Jawa Timur, awal Januari lalu. Posisinya sekitar lima kilometer dari pelabuhan khusus Semen Gresik, Tuban. Kapal kandas karena dihantam gelombang tinggi. Meskipun sudah tiga bulan, kapal masih belum bisa dievakuasi. Posisi kapal yang terjebak batu karang dan kendala masalah administrasi pelayaran lintas negara membuat kapal berawak 23 anak buah kapal tujuan Dili, Timor Leste itu tak kunjung bisa dievakuasi. Kapal sendiri dilaporkan tidak ada kerusakan. Kondisi 23 ABK yang tetap bertahan di dalam kapal juga masih sehat. Logistik tidak ada masalah karena mereka dipasok bahan makanan oleh agen Arpeni kapal. Kapal tongkang Apol 3019 yang kandas itu bermuatan 7,5 ribu metrik ton batu bara asal Kalimantan. Kapal kandas sekitar 200 meter dari lokasi kapal Sunrise. Hingga kini kapal itu juga belum ada tanda-tanda dievakuasi. Posisi kapal yang sempat miring membuat sebagian besar muatannya tumpah ke laut. Administratur Pelabuhan Semen Gresik, Aris, menyatakan kedua kapal ini kandas di lokasi yang berdekatan, masing-masing pada 11 Januari dan 19 Februari lalu. Kapal hendak berlabuh di Pelabuhan Semen Gresik untuk bongkar muat, tapi dihantam gelombang tinggi. Kapal tak mampu bertahan hingga akhirnya terpental dan terseret arus sejauh lima kilometer. Kapal kandas di Pantai Tanjung Awar–Awar, Desa Tasikharjo, Kecamatan Jenu, Tuban. Entah sampak kapan kedua kapan teronggok di sana. (Rizal Fahlevy) |
Kebijakan Pengolahan Bangkai Kapal Posted: 03 Apr 2013 07:46 AM PDT Kebanyakan kapal buatan Eropa akan berakhir di tempat penimbunan besi tua di Asia Selatan. Uni Eropa ingin memperbaiki kondisi kerja para buruh di tempat pengolahan besi tua. Tempat penimbunan besi tua terbesar di dunia berlokasi di Bangladesh. Setiap tahun, sekitar 40 persen bangkai kapal dari seluruh dunia dibongkar dan dihancurkan di sana. Penjualan pintu, dapur atau tempat tidur dari kapal-kapal tua tersebut menjadi sumber pendapatan warga di sekitar kota Chittagong. Kondisi Kerja Buruk Bangladesh hanya satu dari beberapa negara Asia Selatan yang menjadi tujuan terakhir banyak kapal Eropa. Namun, kondisi kerja di sebagian besar pengolahan besi tua di sana sangat buruk. Gaji rendah, kurang aman, dan pencemaran lingkungan hasil penghancuran kapal. Uni Eropa ingin membenahinya dengan menuntut pertanggungjawaban para pemilik kapal di Eropa. Biasanya, kapal buatan Eropa setelah delapan tahun dijual ke luar Uni Eropa. Puluhan tahun kemudian baru kapal itu dihancurkan. Biaya penghancuran diemban pemilik terakhir, bukan pemilik pertama. Pengolahan bangkai kapal terbesar dunia ada di Chittagong Dana Khusus Kini akan ada dana khusus, selain iuran pelabuhan, yang bisa mewajibkan setiap pemilik kapal Eropa untuk membayar tiga sen bagi setiap ton kapal yang berlayar ke pelabuhan di Uni Eropa. Jadi buat kapal seberat 100.000 ton ada sekitar 3000 Euro yang mengalir bagi pengolahan besi tua di Asia Tenggara. Ini semacam premi kapal tua yang diharapkan bisa memperbaiki kondisi kerja dan penghancuran secara ramah lingkungan. Ralf Nagel, pimpinan perhimpunan pemilik kapal Jerman, pesimis dengan usulan dana khusus tersebut. Ia tidak yakin uangnya akan benar-benar sampai ke tangan para buruh besi tua. "Niat Parlemen Eropa baik, tapi hasil maksimalnya hanyalah mewujudkan beberapa pulau hijau, bukan bantuan konkrit bagi warga setempat." Namun, seburuk apa pun kondisi kerjanya, tidaklah adil untuk langsung menutup pengolahan besi tua di Asia Tenggara. "Pengolahan sudah ada sejak 40, 50 tahun. Ini sumber pemasukan bagi banyak orang. Harus ditemukan solusi lain", tegas Shaheen Dill-Riaz, sutradara asal Bangladesh yang salah satu filmnya mengisahkan kehidupan para buruh pengolahan besi tua. Misalnya dengan membangun pengolahan besi tua yang lebih modern dengan standar yang sama dengan di Eropa. |
Kapten Kapal Dikabarkan Tewas Ditikam di Malaysia Posted: 03 Apr 2013 07:44 AM PDT MAKASSAR, KOMPAS.com - Seorang kapten kapal, Muh Sahrul Karim (29) dikabarkan tewas ditikam di Kota Bintulu, Malaysia, Jumat (29/03/2013) dini hari waktu setempat. Untuk memulangkan jenazah, keluarga korban akhirnya berangkat ke Jakarta untuk menemui anggota DPR RI pada Rabu (3/4/2013). Keluarga korban yang bermukim di kompleks Ruko Sultan Residence No II, Jl Sultan Alauddin II, Kelurahan Mangasa, Kecamatan Tamalate, Makassar berkumpul dan membahas upaya pemulangan jenazah Syahrul dari negeri jiran Malaysia. Mereka berkemas-kemas berangkat ke Jakarta untuk meminta bantuan DPR RI untuk pemulangan jenazah Syahrul dari Malaysia ke kampung halaman di Makassar, Indonesia. Kakak korban, Yani yang ditemui di rumah duka mengaku dapat kabar adiknya tewas ditikam dari salah seorang rekan kerjanya di perusahaan Kapal EA Techniq, Jumat (29/03/2013) pagi. Ia menerima laporan bahwa motif pembunuhan adiknya yang merupakan lulusan Akademi Maritim Indonesia (AMI) Veteran masih simpang siur. "Menurut informasi yang kami peroleh, saat itu adik saya bersama beberapa rekannya berada di dalam salah satu tempat hiburan malam di wilayah pesisir, Kota Bintulu, Malaysia. Katanya Syahrul meninggal karena kehabisan darah akibat ditikam dengan menggunakan benda tajam. Di lokasi kejadian ditemukan sebuah kain panjang berbentuk sabuk, diduga alat yang digunakan pelaku menjerat leher adik saya," ungkap Yani. Adik korban, Akbar menambahkan dalam peristiwa itu, dua rekan kakaknya juga mengalami luka parah akibat penikaman itu. "Saya diberi kabar, dugaan dari rekan kakak, pelaku juga merupakan warga Indonesia yang telah lama menetap di Malaysia," tandasnya. Sejauh ini, pihak keluarga sudah melakukan upaya untuk pemulangan jenazah korban, namun masih kesulitan. Ibunda Syahrul, Hj Kamra mengaku sudah menghubungi perusahaan tempat Syahrul bekerja dan konsulat di Malaysia untuk pemulangan jenazah. "Kami sudah hubungi perusahaan anakku tempat bekerja dan pihak konsulat Indonesia di Malaysia," bebernya. |
Terombang-ambing 21 Hari di Laut, Dua Nelayan Selamat Posted: 03 Apr 2013 07:29 AM PDT Terombang-ambing 21 Hari di Laut, Dua Nelayan Selamat KENDARI, KOMPAS.com - Dua nelayan asal Labuhan Bajo, Provinsi Nusa Tenggara Barat diselamatkan setelah selama 21 hari terombang-ambing di perairan Pulau Buru, Maluku. Kedua nelayan terjebak di tengah laut saat mencari ikan tuna di Laut Banda, Maluku. Mereka Kapal kayu dengan kekuatan 1 gross ton yang ditumpangi mereka mengalami kerusakan mesin. Kepala Subseksi Operasi Kantor SAR Kelas B Kendari, Basrano mengatakan dua nelayan asal Labuhan Bajo bernama Nasto Nausin (27) dan Rahmat Tao Arisun (19), itu kemudian dibawa ke Pelabuhan Samudra Kendari. "Jam 8 pagi hari ini kami baru dapat informasi soal ada dua nelayan yang hilang sejak 21 hari di Laut Banda dari pihak Pelabuhan Samudera Kendari. Ternyata dua nelayan itu sudah berada diselamatkan oleh KM Usran Jaya yang melintas di perairan itu. Lalu kedua nelayan dibawa ke kantor SAR Kendari," terangnya saat dihubungi, Rabu (3/4/2013) sore. Mereka diselamatkan awak KM Usran Jaya pada pukul 11.00 Wita, tanggal 23 Maret 2013. Selanjutnya, kedua nelayan itu diserahkan ke pihak Kantor Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Tenggara untuk dipulangkan. "Jadi kami memproses kepulangan mereka, kemudian dua nelayan kami serahkan ke Dinas Sosial agar mereka bisa pulang di kampungnya di Labuhan Bajo, NTT karena kewenangan bantuan kemanusian seperti pengungsi dan lain-lain ditangani oleh Dinas Sosial," tuturnya. |
Korban MLC2006 Berjatuhan Posted: 03 Apr 2013 07:28 AM PDT Sudah mulai ada Crew Indonesia tidak jadi naik dan malah diturunkan dari kapal karena Indonesia belum meratifikasi MLC2006. Crewing Agent yang sudah memiliki sertifikasi MLC2006 dari Biro Klasifikasi pun tidak menjamin Prinsipal luar mau memakai Crew Indonesia karena tidak mau beresiko. Crew Indonesia tidak bisa sign off dibeberapa tempat dan juga tidak bisa join karena masalah yang sama. Selain usaha usaha formal, sebaiknya kita melakukan segala upaya lewat media sosial spt twitter hingga #mlc2006 #ratifikasi bisa menjadi trending topik. Saya himbau semua pelaut untuk twit atau retwit semua berita mengenai hal ini. Follow semua tokoh tokoh yang mungkin bisa membantu. Paling tidak kita sudah berusaha. Ayo maksimalkan usaha kita. Tidak usah menyalahkan siapa siapa. Karena memang kita bukan punya siapa siapa. salam pelaut |
Kapal Cepat Bertabrakan di Palembang, Empat Tewas Posted: 03 Apr 2013 07:26 AM PDT PALEMBANG, KOMPAS.com - Kapal cepat bertabrakan di perairan Sungai Musi kawasan I Ilir Palembang, Sumatera Selatan, Rabu (3/4/2013) siang. Empat korban penumpang tewas, belasan orang terluka, dan tiga penumpang masih hilang. Berdasarkan keterangan para saksi mata, tabrakan terjadi sekitar pukul 10.00 WIB. ilustrasi tabrakan kapal. Kapal yang bertabrakan adalah kapal cepat atau speed boad 200 PK tujuan Sungsang-Palembang dengan 24 penumpang dan muatan barang, serta kapal cepat 40 pk dengan tujuan Upang - Palembang bermuatan dua orang. "Kapal cepat yang kecil hendak berganti haluan sementara lawannya kapal besar berada di posisi cepat sehingga tabrakan tidak dapat dihindari lagi," ujar Kopda Muslimin, salah seorang petugas jaga Pos TNI AL I Ilir yang berjarak 300 meter dari lokasi kejadian, Rabu (3/4/2013). Muslimin mengatakan tabrakan ini adalah tabrakan menyamping. Kecelakaan terjadi pada lajur sungai dari arah Banyuasin menuju Palembang. Pada saat kejadian, kata Muslimin, dia dan empat orang rekan lainnya tengah berjaga dan mendengar teriakan minta tolong dari beberapa orang penumpang. "Sontak kami langsung turun mendekati kapal yang sudah sebagian tenggelam ke dalam air Sungai Musi itu dan badan kapal sudah dalam kondisi rusak parah," ujar dia.
Menurut Muslimin kecepatan kapal besar diperkirakan 40 knot atau sama dengan 90 Km/jam. Sedangkan kapal kecil berkecepatan 20 knot atau separuh kecepatan kapal besar. Setelah tabrakan tersebut, kapal kecil rusak parah tetapi pengemudinya yang bernama Haori selamat. Tapi penumpang kapal kecil, belum diketahui namanya, masih hilang.
Adapun kapal besar mengalami pecah di bagian samping dan oleng akibat muatan di atasnya. Pengemudi kapal besar Sarbini bin Jamil menyelamatkan diri, 18 penumpang mengalami luka ringan tetapi selamat, sementara empat orang penumpang tenggelam tidak dapat diselamatkan, dua orang lainnya masih hilang. Seluruh korban luka dan meninggal langsung dilarikan ke Rumah Sakit Pelabuhan Palembang. Sementara sebagian korban selamat memilih menenangkan diri atau pulang kembali ke daerahnya. Hingga saat ini Tim Basarnas setempat masih melakukan pencarian dua korban hilang yang terbawa arus sungai. |
Belum ada tanggapan untuk "Berita Kapal"
Post a Comment