Ini Kesaksian Korban Selamat Kapal Expres Bahari
Briptu Bayu G.N, salah satu penumpang Kapal Expres Bahari menceritakan situasi ketika penumpang mendengar kabar kapal yang mereka tumpangi terbakar. Menurut Bayu, saat mendengar anak buah kapal (ABK) berteriak bahwa kapal terbakar seketika membuat semua penumpang panik.
Bayu yang saat itu menumpang kapal bersama enam rekannya langsung membantu proses evakuasi. "ABK dan kami polisi yang memang sudha mengenal ABK langsung membantu proses evakuasi terutama perempuan, anak-anak dan lansia," ujar Bayu kepada Metro TV melalui sambungan telepon.
Bayu mengaku sebelumnya tak ada pertanda apa pun sebelum peristiwa nahas itu. Toh sesaat sebelum kejadin kapal sudah hampir merapat ke dermaga.
Terbakarnya kapal Expess Bahari 8C tujuan Pangkalbalam-Tanjung Pandan, Belitung, Babel, Kamis (22/8) sekitar pukul 17.45 WIB di Perairan Selat Nasik Belitung meninggalkan trauma mendalam bagi para penumpang, termasuk Nilawati, 49 sekeluarga.
Kepergian Nilawati bersama Ahmad, 48, suami dan anak Dila, 12, serta Aldi, 8, ke Belitung untuk menghadiri pesta pernikahan saudaranya
Minggu (25/8).
"Kita sekeluarga ke Belitung naik Express Bahari 8C hendak menghadiri pesta perkawinan saudara," kata Nilawati di RSUD Belitung
Seharusnya, lanjut Nilawati dia sekeluarga berangkat ke Belitung pagi hari. Namun karena ada saudara yang mau nitip kelengkeng makanya mereka
berangkat siang jam 13.30 WIB.
"Sebenarnya kita berangkat pagi, tapi saudara saya nitip kelengkeng jadi kita sekeluarga berangkat siang," tutur Nilawati.
Dengan membawa kedua buah hati mereka, mereka pun siang itu bergegas ke pelabuhan untuk naik kapal Express Bahari 8C yang di jadwalkan berangkat
kamis (22/8) pukul 13.30WIB.
Berhubung kondisi ekonomi kekurangan dia sekeluarga hanya mampu membeli tiket ekonomi, di tengah perjalanan sang suami memberitahu keluarga yang
akan menjemput bahwa mereka akan tiba di pelabuhan pada malam hari.
"Di tengah perjalanan sembari memangku si kecil tidur, suami saya memberitahu untuk di jemput sebab kapal merapat di pelabuhan malam," ceritanya.
Tak berselang beberapa lama, ia sekeluarga kaget ada yang berteriak ada api, kami sekeluarga panik, karena angin bertiup kencang api pun cepat
membesar.
"Kaget ada yang teriak api, tapi sayang saat kami mau ambil pelampung kru kapal bilang jangan panik, tapi kepanikan itu tak terhelakan, api langsung
menyampar tubuh, tangan saya lalu suami saya sempat bicara, Bu bawa Dila, Bapak bawa Aldi, hanya kata-kata itu yang saya ingat lalu kami terjun
ke laut," ucapnya.
Saat terjun masih lanjut bercerita terpisah tapi sebelumnya suaminya sempat mengatakan antara dua kalau bukan bapak sama Aldi yang meninggal
duluan bearti Ibu sama Dila.
"Kuasa Allah sungguh luar biasa, ternyata kami berempat masih diberi kesempatan untuk hidup kendati terpisah hampir 5 jam," ujarnya.
Ia menyebutkan pertama kali yang berhasil dievakuasi yakni suaminya, Ahmad bersama Aldi. Suaminya mengalami luka bakar di kepala sehingga rambut
habis sedangkan Aldi telinga, tidak berselang berapa lama suaminya di bawa ke rumah sakit barulah dirinya bersama Dila.
"Saya lukanya cukup parah tubuh dan wajah sedangkan Dila tangan,"ungkapnya.
Duh kalau mengenang kejadian itu kami trauma ingin rasanya pulang tidak menggunakan kapal laut lagi, kalau ada uang kami memilih angkutan lain.
"Trauma, tapi apa daya keadaan ekonomi kita jauh yang di harapkan, terlebih semua barang bawaan habis, kendati demikian kita akan terima apa
adanya walaupun pulang dengan kapal laut,"Imbuhnya sembari trauma mengenang kejadian
Belum ada tanggapan untuk "Berita Kapal"
Post a Comment